IoT untuk Tambak Udang yang Lebih Menguntungkan dan Ramah Lingkungan

Sinar matahari menyengat seolah menciptakan aura kehidupan di tengah teriknya. Di sebuah pantai yang diberi nama Pidakan, terletak di Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, seorang pria paruh baya berdiri tegak menantang cahaya.

Mengenakan celana pendek yang nyaman, berkemeja batik, dan bertopi untuk melindungi kepala dari sengatan sinar matahari yang tak kenal ampun, beliau berdiri tegak dan tampak sibuk menebar pakan dengan penuh dedikasi ke kolam-kolam di kompleks pembudidayaan udang vaname. Langkahnya mantap saat berpindah dari satu kolam ke kolam lain. Suasana pantai yang ditemani debur ombak Samudera Hindia menjadi saksi bisu rutinitasnya ini.

Udang vaname, yang juga dikenal sebagai udang whiteleg atau udang putih Pasifik, merupakan salah satu jenis udang yang mendominasi dunia budidaya perikanan. Ini adalah spesies udang yang memiliki peran penting dalam industri akuakultur berkat pertumbuhannya yang pesat, ketahanannya terhadap penyakit, dan kemampuannya beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan.

Pria itu menyatakan bahwa tugasnya di tambak adalah memberi makan dan merawat udang. Beliau juga bertanggung jawab menjaga kincir air di tambak tetap beroperasi. Beliau yang sebelumnya menjadi nelayan di laut, memilih bekerja di tambak karena faktor keselamatan dan kedekatan dengan rumah.

Setelah menyelesaikan tugas, pria itu kembali ke rumah di dekat tambak. Di sana, dengan cermat beliau menakar pakan menggunakan timbangan elektrik, lalu mencampurkannya dengan teliti.

Di sekitar tambak, terdapat seorang pemuda yang sibuk mengoperasikan laptop. Penuh konsentrasi, dia mengisi berbagai kolom di sana dengan angka-angka yang berarti. Sesekali, dia mengamati tambak udang sebelum kembali berfokus pada layar gawai.

Pemuda tersebut adalah Paundra Noorbaskoro, pemilik tambak udang vaname yang terletak di Pantai Pidakan. Bapak di awal cerita merupakan salah satu dari belasan pekerja yang membantu mengelola tambak udang vaname milik Paundra.

Tambak Paundra begitu istimewa lantaran konsep yang diusungnya: Internet of Things (IoT) dan ramah lingkungan. Konsep ini telah merubah cara tradisional budi daya udang vaname yang biasa dilakukan.

Awal yang Gagal

Pengalaman adalah guru terbaik, begitulah ungkapan yang sesuai untuk menggambarkan perjalanan hidup Paundra saat ini. Tempat tinggalnya yang berada di wilayah pesisir ujung Timur bagian Selatan Pulau Jawa telah memupuk minatnya dalam bidang kelautan perikanan.

Kegagalan yang sering melanda petani udang di sekelilingnya memicu Paundra berbuat lebih. Dia tak ingin semakin banyak penduduk yang mengalami kebangkrutan hingga bisa merenggut mata pencaharian.

Setelah lulus kuliah di tahun 2018, Paundra mengambil langkah besar dengan memanfaatkan lahan keluarganya untuk memulai penelitian. Dia mendirikan kolam bundar berukuran tiga meter, menyebar bibit udang vaname, dan dengan tekun mengidentifikasi jenis penyakit yang mungkin menyerang udangnya. Bahkan, dia mengirim sampel air dari tambaknya ke laboratorium untuk diuji.

“Hasil penelitian selama 3 tahun mengalami kegagalan,” ungkapnya.

Bisnis itu tidak berjalan sesuai rencana. Usaha mereka mengalami kerugian yang mencapai miliaran rupiah. Tahun 2020, perusahaan rintisan ini akhirnya berhenti beroperasi. Namun, Paundra tidak membiarkan kegagalan tersebut menghentikannya. Dia mengumpulkan motivasi untuk bangkit kembali dan memutuskan melanjutkan usaha budi daya udang vaname. Bukan hal yang mudah, memang.

Belajar dari Kegagalan

Dengan tekad kuat, Paundra terjun langsung. Dia memanfaatkan kolam yang sudah ada dan secara intensif mempelajari seluruh tahapan budi daya udang vaname secara menyeluruh. Berbekal ilmu yang didapat selama kuliah di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, serta dilengkapi dengan membaca berbagai jurnal ilmiah dan menonton video di YouTube untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas.

Setiap permasalahan pada percobaan sebelumnya dijadikan sebagai modal untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mencari solusi yang tepat. Salah satu permasalahan awal yang dihadapi Paundra adalah penyakit yang sering menyerang udang vaname, yaitu hepatopankreas atau Early Mortality Syndrome (EMS).

Setelah memahami penyebab penyakit ini melalui penelitian ilmiah, Paundra menciptakan komposisi pakan yang tepat dan mengembangkan perawatan yang sesuai. Usai melalui beberapa percobaan, akhirnya dia pun berhasil.

Masalah lain yang Paundra hadapi adalah kualitas air di tambak. Dengan tekun, dia mengumpulkan air dari berbagai tambak yang mengalami masalah dan menguji udang dalam air tersebut. Hasilnya, Paundra mengidentifikasi tiga penyakit utama yang sering menyerang udang vaname di Pacitan, yaitu: EMS, Myo, dan White Feces (feses berwarna putih).

Setelah menemukan masalah-masalah tersebut, Paundra mencari solusinya. Selama tiga siklus penanaman benih, dia secara saksama mengamati dan mencatat setiap permasalahan yang muncul.

Proses penelitian ini memakan waktu yang lama dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Pada suatu waktu, Paundra bahkan mengalami kerugian sebesar Rp150 juta karena gagal panen.

Penerapan IoT

Paundra menganggap perlu adanya sistem yang memudahkan pengawasan dan pengendalian kondisi air di tambak. Oleh karena itu, di awal tahun 2022, dia membangun ekosistem berbasis IoT dan mengembangkan aplikasi yang terhubung dengan catatan dan data yang tersusun rapi tentang kondisi kolam dan udang secara detail.

Aplikasi ini dilengkapi perangkat pintar dan sensor untuk memonitor kualitas air laut yang dapat mendeteksi empat parameter penting, yaitu: salinitas, tingkat oksigen terlarut (DO), suhu, dan pH.

Data hasil pengawasan ini ditampilkan secara real-time di layar komputer yang terintegrasi ke dalam sistemnya. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan algoritma canggih untuk membuat keputusan yang tepat demi kondisi optimal bagi udang.

 Paundra pun mulai menebar benih udang di salah satu kolam yang telah disiapkan dengan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan yang sehat. Berbagai aspek, seperti salinitas, oksigen terlarut (DO), pH, Nitrat, H2S, transparansi air, dan lainnya, diukur dan diatur dengan cermat.

Melalui aplikasi ini, dia dapat memantau semua data dan mendeteksi perubahan kualitas air secara cepat dan real time. Mengingat kualitas air yang baik adalah kunci untuk menjaga kesehatan udang. Jika ada ketidaksesuaian, Paundra segera mengambil tindakan koreksi.

Paundra juga menggunakan sistem IoT untuk mengendalikan pemberian pakan dengan tepat waktu dan takaran yang sesuai. Dia menghitung jumlah pakan yang diberikan berdasarkan target berat badan yang ingin dicapai oleh udang pada hari tertentu. Dengan sistem ini, dia dapat menghindari pemborosan pakan dan memastikan pertumbuhan yang optimal.

Pendataan yang rutin dilakukan melalui sistem ini juga memungkinkan Paundra untuk mengetahui berat udang tanpa harus memanen. Dia dapat mengukur berat udang dengan akurat saat mereka berumur 33 hari, dan ini membantu dalam perencanaan panen.

Biasanya, panen pertama dilakukan saat udang berusia 57 hari, diikuti oleh panen kedua pada usia 64 hari. Dengan sistem yang dikembangkan, Paundra juga dapat memperkirakan hasil sebelum melakukan panen sebenarnya guna menghindari kerugian yang tidak perlu.

Panen yang melimpah menjadi bukti kesuksesan sistem budi daya yang berbasis IoT yang dibangun Paundra. Dalam tiga siklus masa tanam yang dilakukan selama tahun 2022, Paundra berhasil memanen rata-rata antara 1,7 hingga 20 ton udang per kolam. Keuntungan bersih yang diperoleh dari setiap kolam mencapai sekitar Rp50 juta.

Penghasilan dari panen tersebut digunakan untuk mengembangkan lebih banyak tambak. Dari awalnya hanya memiliki tiga kolam, terakhir Paundra memiliki 20 kolam budidaya udang vaname dengan total luas mencapai 10 ribu meter persegi.  

Mengubah Tradisi Lama

Budidaya udang selama ini merupakan industri yang menguntungkan, memberikan pendapatan penting bagi masyarakat pesisir di seluruh dunia. Namun, metode tradisional budidaya udang memiliki tantangan yang signifikan, termasuk ketergantungan pada tenaga kerja manual dan teknik pertanian usang.

Di tambak udang tradisional, petambak harus melakukan sejumlah tugas manual, seperti memberi makan udang, memantau kualitas air, dan mengatasi penyakit. Ini memerlukan banyak tenaga kerja dan meningkatkan risiko kesalahan manusia.

Tambak udang juga sering menghadapi masalah polusi air dan wabah penyakit, yang dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar. Selain itu, kurangnya pemantauan data real-time mengenai suhu air, salinitas, kadar oksigen, dan pola pemberian pakan dapat menyebabkan inefisiensi dan penurunan produktivitas.

Sistem pengelolaan budi daya udang vaname berbasis IoT yang dikembangkan oleh Paundra memang rumit dan membutuhkan ketelitian tinggi. Berbeda dengan tradisi lama yang hanya mengandalkan intuisi, Paundra menjadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar utama pendekatannya.

Tambak Ramah Lingkungan

Pemanfaatan IoT tidak hanya meningkatkan produktivitas dan profitabilitas tambak udang, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan. Dengan memantau kualitas air dan kadar oksigen secara tepat, Paundra telah meminimalkan risiko wabah penyakit dan kebutuhan akan perawatan kimia. Ini berkontribusi pada pelestarian ekosistem di sekitarnya.

Selain mengembangkan budi daya yang lebih efisien berbasis sains dan teknologi, Paundra juga menjadikan tambaknya ramah lingkungan. Dia memasang instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dikenal dengan sistem smart farm village.

Air dari kolam udang yang hendak dikuras saat panen tidak langsung dibuang ke laut, melainkan dialirkan ke IPAL yang terletak di kawasan tambak. Di dalam IPAL, air limbah diendapkan selama tiga hari untuk kemudian diberi perlakuan dengan bakteri pengurai.

Air limbah baru dilepaskan ke laut jika kandungan amonia di dalamnya berada di bawah 0,1 ppm. Dengan cara ini, Paundra memastikan bahwa limbah dari tambaknya tidak mencemari lingkungan laut.

Pengelolaan air limbah yang baik sangat penting untuk menjaga keberlanjutan budi daya udang. Air laut yang digunakan sebagai sumber air di tambak harus tetap bersih dan tidak tercemar oleh bakteri berbahaya.

Dengan cara ini, Paundra mengadvokasi agar para petambak lain di wilayahnya agar melakukan hal yang sama. Dia mempromosikan praktik pertanian yang bertanggung jawab dan berusaha meningkatkan kesadaran tentang pentingnya budidaya udang berkelanjutan di Kabupaten Pacitan dan Trenggalek.

Paundra menyebut ada tiga prinsip utama dalam inovasinya, yaitu: membangun SOP dalam budi daya dengan konsep IoT, meracik pakan yang sesuai, dan pengolahan air limbah yang ramah lingkungan.

Penghargaan SATU Indonesia

Ketekunan Paundra itu mendapat apresiasi dari PT Astra International Tbk. Dia menjadi salah satu finalis SATU Indonesia Awards 2022 dalam kategori teknologi. Penghargaan tersebut menjadi pengakuan atas kerja kerasnya dalam menciptakan sistem budi daya udang yang berkelanjutan, efisien, menguntungkan, serta memberikan manfaat bagi lingkungan dan ekonomi lokal dengan bantuan IoT.

Melalui tambaknya yang ramah lingkungan, Paundra juga memberdayakan warga sekitar dengan memberikan pekerjaan. Paundra berharap agar tambak tersebut dapat terus berkembang. Dia telah membuktikan bahwa inovasi dapat menjadi alat yang kuat dalam menjaga alam dan mata pencaharian petani.

Potensi budi daya udang vaname masih terbuka lebar, karena permintaan ekspor selalu tinggi. Paundra yakin bahwa tambak udang vaname ini dapat memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat sekitar dan membantu mengatasi masalah kelangkaan pasokan udang di pasar ekspor.

Pendekatan inovatif Paundra dan dedikasinya terhadap keberlanjutan telah menghasilkan perubahan positif yang patut menjadi inspirasi bagi calon wirausahawan. Paundra Noorbaskoro membuka jalan menuju masa depan budidaya udang yang lebih berkelanjutan, efisien, dan ramah lingkungan.

Sumber foto: satu-indonesia.com

Apresiasi dari Gandjel Rel di Ultahnya yang Ke-4

 

Yuhuu … Sudah lama juga ya, aku tidak mengukirkan prestasi di tahun ini. Alhamdulillah, beberapa hari lalu aku menerima paket hadiah dari komunitas bloger perempuan di Semarang, yaitu Gandjel Rel.

 

Memperingati usianya yang menginjak tahun keempat, Gandjel Rel mengadakan serangkaian challenge selama satu bulan, yaitu berupa penulisan artikel blog dengan tema yang sudah ditentukan setiap minggunya dan pembuatan video juga.

 

Alhamdulillah, aku terpilih sebagai artikel terbaik pada tantangan minggu ke-3 dengan tema Perlindungan Anak. Kalau mau tahu seperti apa artikelnya, silakan baca Perlindungan Anak Berkebutuhan Khusus, Sudahkah Diterapkan?

 

Sebenarnya pengumuman pemenang dan penyerahan hadiahnya dilakukan tepat saat perayaan ultah Gandjel Rel, yaitu 23 Februari 2019. Ultahnya sendiri jatuh pada setiap tanggal 22 Februari.

 

Berhubung saat acara aku berhalangan hadir, maka hadiah ini baru aku terima melalui pengiriman ekspedisi. Ternyata isinya banyak! Ini adalah hasil patungan dari para anggota Gandjel Rel sendiri yang mendonasikan sebagian hartanya sebagai hadiah.

 

Dapat apa aja, nih hadiahnya? Setelah kubuka, isinya seperti di atas, yaitu:

  • Booksleeve homemade, jelas banget ini hasil karya Nyi Penengah
  • Buku “Donat Akhirat”, karya Ahmad Masrul
  • Buku “Will Grayson, Will Grayson,” karya John Green dan David Levithan
  • Gula semut aren Miko
  • Buah lerak untuk mencuci pakaian dan perabotan
  • Croissant Cokelat 7 Days yang yummy punya, impor dari Timur Tengah, nih
  • Lulur Tradisional Bali dengan ekstrak susu merek Herborist
  • Hair Mask Urang-Aring Miranda
  • Pouch cantik warna ungu nan elegan edisi spesial ultah ke-4 Gandjel Rel

 

Gimana? Banyak dan keren-keren kan, hadiahnya? Wajar dong, kalau aku hepi banget saat menerimanya. Nggak salah deh, kalau aku bergabung dalam komunitas bloger yang asyik ini.

 

Oh ya, kalau kamu ingin tahu bagaimana pengalamanku hingga akhirnya mengenal dan bergabung dalam komunitas yang satu ini, kamu bisa baca dalam artikel Habis Hilang, Terbit Melangkah Bersama Blogger Gandjel Rel.

 

Oke, Teman-Teman! Sekian dulu ya, ceritaku tentang keberuntungan yang aku terima bulan ini dari aktivitas menulis blog. Semoga bersambung terus dengan prestasi-prestasi selanjutnya yang lebih besar. Terima kasih sudah menyimak!