Jika hidup adalah perjalanan, maka perpindahan dari satu kondisi ke kondisi yang lain adalah sebuah keniscayaan.
Pindah rumah, adalah sebuah kegiatan yang begitu akrab dalam perjalanan keluarga kami. Baik ketika kami masih mengontrak, sehingga ada 1001 alasan yang akhirnya mengharuskan kami berpindah dari rumah yang kami pinjam, pun ketika kami sudah memiliki rumah sendiri. Berbagai kebutuhan atas peningkatan kualitas diri memicu kami untuk pindah, dari satu kota ke kota lain.
Pindah kota, tentu saja memberi banyak pengalaman berharga. Tempat baru, orang-orang baru, budaya baru, kebiasaan baru, ritma hidup baru dan berbagai kejutan yang membuat kami belajar setiap harinya.
Jika hidup adalah perjalanan, inilah bentuk perjalanan pilihan kami. Slow traveling, istilahnya. Perjalanan untuk menikmati sebuah tempat baru bukan hanya dalam bilangan sekian hari sekian malam, namun bahkan hingga tahunan.
Hampir 2,5 tahun sudah kami menetap di Kota Hujan. Dan tibalah waktunya kami memutuskan untuk pindah lagi. Setelah beberapa kerabat dan sahabat menawarkan kotanya masing-masing sebagai kota tujuan kami berikutnya, akhirnya kami memilih bergerak ke Timur menyusuri Pulau Jawa.
Hal ini tak lepas dari kebaikan hati seorang teman yang baru kami kenal dan menawari kami untuk menempati salah satu rumahnya yang kosong. Tidak, bukan berarti hanya Beliau yang melakukannya pada kami. Sebenarnya, jauh sebelum itu juga ada saudara yang menawarkan hal serupa sekaligus mengurus toko di kotanya. Ada yang mempercayakan sebuah ruko mewah di kota tempat kami tinggal, ada pula yang mengajak bekerjasama menjalankan bisnis di sebuah kota besar. Atau yang sekadar menawarkan rumahnya untuk disewa dan beberapa lagi membantu kami mencari kontrakan baru di dekat rumahnya.
Ya, begitu banyak tawaran penuh kasih yang datang pada kami dari berbagai penjuru. Namun hanya satu yang dapat kami terima. Sebuah lokasi yang kami anggap kondusif untuk memenuhi salah satu kebutuhan kami.
Saat Suami survei rumah di lokasi, Beliau langsung mendapat info truk yang bersedia membantu mengangkut barang-barang kami dengan biaya murah, karena sekalian perjalanan pulang dari Jakarta ke Semarang. Truk balen, istilahnya.
Tentu saja ini sebuah keberuntungan besar yang tidak boleh disia-siakan. Maka jadwal pindah kami pun menyesuaikan jadwal truk tersebut kembali ke Jawa Tengah. Yang itu artinya… 5 hari lagi! Hiyaa…! Dan tentu saja kami harus tiba di sana terlebih dulu daripada truk agar kami bisa menerima barang ketika truk sampai di tempat tinggal kami.
Rencananya, kami ke sana menggunakan kereta api. Pertimbangannya, karena harga tiket yang lebih murah daripada tiket pesawat dan lebih nyaman dibandingkan naik bus.
Perkiraan kami, truk akan tiba waktu sore. Kami pun mulai berburu tiket kereta api malam untuk tanggal sehari sebelumnya, sehingga kami bisa tiba pada hari yang sama di pagi hari. Waktu yang cukup untuk menanti kedatangan truk. Ternyata, tiket kereta api sudah ludes pada tanggal itu. Ah, iya. Ini kan menjelang Hari Raya Idul Adha. Pantas saja.
Kami pun mencari tiket dengan tanggal mundur sehari lagi. Penuh! Hua…! Deg-degan juga rasanya memikirkan waktu pindahan rumah ini. Jadi ngga, ya? Kami hanya bisa berharap semoga ada banyak tiket dalam satu gerbong yang akhirnya dibatalkan. Kami bertujuh, Bro!
Untunglah, beberapa jam kemudian kami mendapatkannya! Kereta malam pada 2 hari sebelum kedatangan truk barang kami. Artinya, waktu persiapan kami semakin mepet saja. Ya sudahlah. Diniati saja. Hosah!
Tak berhenti di situ, ketegangan menjelang pindah rumah semakin meningkat saja. Tanpa dinyana, dalam waktu yang sedemikian singkat untuk bersiap dan mengemas seluruh barang di rumah, Suami justru mendapatkan panggilan untuk demo mempresentasikan produknya ke beberapa lokasi perusahaan. Praktis, begitu kembali dari survei rumah di Semarang, Beliau tidak dapat sepanjang hari membantu membereskan barang.
Jadi, siapa yang mengemasi segala printilan di seluruh sudut rumah ini? Ya, siapa lagi. Tentunya kami para penghuni rumah yang masih ada, yaitu seorang ibu hamil dan 5 anak. Hosh… Hosh… Hosh… Capek? Jelas! Selain itu juga mau tidak mau harus berani menurunkan standar kerapian dan ketelitian dalam mengemas barang. Anak-anak diajari sebisanya saja untuk mengisi boks hingga padat dan menyegelnya dengan aman.
Akhirnya, Suami pun tiba di rumah 5 jam menjelang keberangkatan kereta. Setelah mendapat sambutan yang positif untuk presentasinya, berlanjut dengan kesepakatan bekerja sama dalam sebuah proyek dan ditutup dengan undangan makan siang bersama kolega. Ayayaya… Belum lagi sapaan macet di sepanjang perjalanan.
Mengeluh? Duh, sampai tidak sempat. Lagipula, untuk apa? Toh, kami sudah menerima begitu banyak keberuntungan. Segala hal yang membuat hectic ini hanyalah konsekuensi kecil dari keberuntungan-keberuntungan itu yang meminta kami untuk sedikit lebih berusaha saja.
Begitu Suami sampai, rumah sudah beres? Tentu tidak! Masih ada beberapa sudut yang belum terjamah. Untung sepanjang perjalanan tadi Suami sudah sigap menghubungi temannya minta tolong untuk melanjutkan pengemasan barang yang masih tersisa, sekaligus menunggu di rumah tersebut hingga truk datang dan mengangkut semua barang. Fiuh, lega!
Tiba-tiba… Hujan! Ya, inilah kebiasaan kota ini di sore hari, sesuai julukannya. Setidaknya, 6 hari dalam seminggu langit membasahi bumi dengan curahan air. Bedanya, jika musim kemarau, hujan itu tidak terlalu lebat dan biasanya hanya sebentar.
Baiklah, ini hujan yang lebat. “Apakah kita batal berangkat, Mi?” tanya putriku. Tidak mungkin! Tentu saja tidak bisa dibatalkan. Tiket telah dibayar, taksi online pun sedang menuju ke rumah untuk mengantar kami ke stasiun. Waktu sedemikian mendesak untuk mengejar kereta.
Aku hanya meminta anak-anak untuk segera berpakaian sambil berdoa agar hujan ini hanya sebentar. Syukurlah, hujan pun mereda hingga menjadi rintik-rintik saja. Tas bawaan dan seisinya sudah siap sejak tadi, tinggal angkut saja. Taksi pun telah hadir di depan rumah.
Baru saja kami bersiap akan menerjang gerimis menuju mobil, Suami meminta sekali lagi mengecek apakah Kartu Keluarga sudah dibawa. Ah, bongkar tas lagi. Ya sudahlah, aku bukakan tasnya dan bergegas mengatur anak-anak agar segera masuk mobil menempati kursinya masing-masing.
Dan drama harian pun dimulai. Anak ketiga dan keempat kembali berebut duduk bersama ayahnya di kursi depan. Sedemikian hebohnya hingga… Setelah separuh perjalanan ke stasiun, kami baru menyadari bahwa 3 tas bawaan kami tertinggal di rumah! Ya, termasuk tas yang berisi Kartu Keluarga yang kami perlukan untuk ditunjukkan ke petugas saat naik kereta! Sedangkan waktu sudah tidak memungkinkan untuk kembali. Duh…
Suami benar-benar emosi saat itu. Bagaimana sampai aku dan anak-anak yang lebih besar tidak terpikir untuk membantu memasukkan tas ke mobil selagi Beliau sedang dirusuhi oleh 2 anak yang berseteru.
Lelah… lelah rasanya. Sudah tidak ada lagi kata yang bisa terucap. aku tidak bisa menyalahkan Suami yang sedemikian kesal dan panik. Namun kami juga sudah berupaya sekeras yang kami bisa. Tidak ada yang ingin menggagalkan perjalanan ini. Aku dan setiap anak begitu antusias mempersiapkan segala sesuatunya. Dan aku hanya bisa menelan semua kata-kata itu.
Ya inilah puncaknya ketegangan itu. Dan aku benar-benar hanya bisa berharap agar ini benar-benar puncaknya. Semoga setelah ini, tak ada lagi kekisruhan yang lebih besar. Semoga berikutnya, semuanya berjalan antiklimaks menuju penyelesaian yang entah bagaimana ceritanya.
Maka, Suami pun berinisiatif untuk menelepon teman yang sedang membereskan barang-barang kami di rumah. Meminta tolong sekali lagi untuk mengantarkan 3 tas kami yang tertinggal. “Di sini hujan deras,” sahut temannya. Ya, kami tahu kendaraan yang ada hanya sepeda motor tanpa jas hujan. Dan Suami memohon dengan sangat agar temannya bersedia mengantarkan tas-tas itu sesegera mungkin karena sedang benar-benar diburu waktu.
Dan rupanya telepon genggam temannya agak rusak. Sering mati jika ditelepon. Komunikasi pun berjalan via SMS. Itu pun tidak lancar. Kami berjanji untuk bertemu di pom bensin. Sambil menunggu, kami shalat jamak dan makan malam.
Kami memasuki area pujasera dengan tempat lesehan di tengahnya dan meja kursi di sekitarnya, dikelilingi aneka gerai makanan. Bahkan tempat makan seasyik ini pun tidak mampu menghibur diri dari rasa kalut. Suami meminta kami segera memilih menu, namun akhirnya semua dimentahkan karena dianggap terlalu lama menyiapkannya. Kami diminta memilih menu yang sudah siap saji saja. Beliau menunjuk gerai masakan Padang. Hmm, baiklah.
Gemasnya, ternyata di situ anak-anak justru memesan telur dadar plus kecap. Hahaha… Asli hati ini geli. Walau bibir ini tak sanggup menyunggingkan senyum. Uda pemilik gerai pun dengan ramahnya bersedia menggorengkan telur. Kecapnya? Meski sempat kebingungan, Beliau berjanji akan mengantarkannya nanti ke meja kami. Ternyata, kecapnya beli dulu, Bro! Hahaha…
Usai makan, belum juga ada kabar dari Sang Teman. Setelah komunikasi yang bolak-balik macet, akhirnya sampai juga 3 tas itu di tangan. Hopla! Sopir langsung tancap gas berusaha secepat mungkin mencapai stasiun. Tiba tepat waktu sepertinya sudah hampir mustahil bagi kami. Harapan kami hanya kereta terlambat berangkat. Ups! Doanya jelek, ya?
Sedang terburu-buru begitu, eh… sampai di sebuah pertigaan, sebuah sepeda motor besar dengan pengendara bertuliskan “Polisi Militer” di punggungnya langsung menghadang dan memunggungi kami. Rupanya ada rombongan pejabat militer yang akan lewat. Hua…! Kok ya pas di depan kami berhentinya? Kok ya tidak membiarkan kami lewat dulu baru menyetop jalan?
Begitu motor tersebut bergerak maju, sopir pun mengikutinya. Ternyata kami searah. Lumayan lah, dibukakan jalan. Mobil kami pun melaju dan meliuk dengan terampil. Duh, kalau kondisi normal sih, pasti saya sudah protes. Tapi saat itu sepertinya memang tidak ada pilihan lain.
Saat gedung stasiun sudah nampak di kejauhan, sepertinya ketegangan Suami pun sudah mereda. Seisi mobil cuma bisa berharap-harap cemas melihat jam sudah menunjukkan waktu keberangkatan kereta. Akankah kereta menunggu?
Sirine berbunyi dan palang kereta di depan kami turun. “Apakah itu kereta kita?” tanya Suami.
“Semoga itu komuter yang lewat,” kata Pak Sopir. Ya, ya… Semoga itu cuma komuter, bukan kereta kami. Benar saja! Ternyata sebuah komuter melintas di depan kami menuju stasiun. Syukurlah! Semoga keretanya benar-benar menunggu.
Tapi eh tapi, palang kereta tidak juga terbuka. Tak lama kemudian, dari arah stasiun, meluncur sebuah kereta di atas rel di sebelah sana. Kami kesulitan untuk mengetahui kereta apakah yang lewat karena faktor jarak. “Apakah itu kereta kita?” ulang Suami. Setelah beberapa saat memasang mata tajam-tajam, akhirnya sempat terbaca juga tulisan di salah satu gerbongnya. Ya, itu kereta kami. Huhuhu…
Gontai mobil memasuki stasiun. Kami melangkah cepat-cepat menuju bagian pemberangkatan untuk memastikan yang sudah pasti, kereta kami telah pergi. Tiket pun hangus. “Tahu begini mending kemarin mengejar tiket pesawat murah saja,” gerutu Suami.
Tapi Beliau segera menyadari, tak baik berandai-andai. Kalau mencari tiket pesawat promo sekarang, sepertinya terlalu menguras tenaga untuk meluncur ke bandara. Ya sudahlah coba ke loket stasiun saja. Siapa tahu masih ada tiket murah untuk kereta api malam ini.
Di depan pintu loket, kami ditawari sebuah mobil travel untuk memakai jasanya. Rupanya Suami tertarik dengan harga yang ditawarkan. Sehingga Beliau memutuskan untuk naik travel saja. Mobil langsung penuh oleh keluarga kami sehingga bisa langsung berangkat.
Saat mobil melaju, Suami bilang bahwa sesungguhnya uang kami tidak benar-benar hilang karena tiket hangus. Ternyata, sebelumnya kakak Suami memberikan uang saku senilai harga tiket mendengar kami akan pindah rumah. Jadi sebenarnya itu adalah uang hadiah yang bukan menjadi rezeki kami.
Samar-samar, kudengar Sang Sopir menerima telepon dari kerabatnya. Beliau mengucapkan syukur karena malam itu mobilnya langsung penuh dengan satu rute perjalanan saja. Di samping juga datang beberapa order pengantaran paket. Ya, bisa jadi kejadian buruk yang menimpa kita adalah jalan rezeki bagi orang lain. Kalau begini, ternyata terasa tidak terlalu buruk, kan?
Mobil berjalan dengan kecepatan tinggi dan tarikannya membuat jantung terasa terlempar ke sana ke mari. Tadinya kupikir karena jalanan yang berbatu. Ternyata di jalan tol pun sensasinya sama. Hehehe… Ya sudah, dinikmati saja. Yang penting, (entah mengapa) seluruh anggota keluarga masih bisa terlelap. Melihat Suami yang tampak kelelahan dan tetap bersedia bergantian memangku anak-anak tidur, meleleh hati ini.
Dan aku terjaga sepanjang malam. Menyaksikan kerlip lampu-lampu mobil dan bangunan, bagaimana mobil ini menghindari kemacetan di 2 titik, juga sesekali berhenti agar pengemudi dapat istirahat sejenak.
Saat langit berganti warna dan mentari menyapa, kutemukan keasyikan tersendiri. Rupanya lapisan film pada mobil ini berfungsi sebagai filter juga bagi pandangan. Sehingga panorama tampak lebih merona dibanding aslinya. Pantulan bayangan isi mobil pada kaca, membuatnya tampak menyatu dengan pemandangan di luar. Seolah 2 citra yang disatukan. Aku jadi asyik jeprat-jepret kamera menangkap momen yang pas dalam lukisan cahaya.
Lega rasanya saat kami sampai tujuan di siang hari. Tujuan yang menjadi awal perjalanan kami selanjutnya. Tujuan yang kami tempuh dengan hati berkeping-keping namun kemudian kembali menyatu dengan ikatan yang terasa lebih kuat dari sebelumnya.
Semarang, memang bukan tempat yang diharapkan untuk perkembangan bisnis. Namun itu bukan masalah. Karena proyek yang telah disepakati di ibukota kemarin, membuka peluang bagi bisnis Suami untuk terus berjalan. Tak apa lah sesekali harus bolak-balik ke sana untuk mengurusnya. Toh, ada banyak moda transportasi yang bisa dipakai.
Mobil travel? Duh, walau harganya murah, namun kami benar-benar tidak ingin mengulangi perjalanan dengan pengemudi seperti malam itu. Super kejutannya!
Jika waktu dan dananya longgar, berburu tiket pesawat murah sepertinya pilihan yang tepat untuk menghemat tenaga selama perjalanan. Kan ada Skyscanner dengan berbagai keunikan dan keunggulanmya. Apa sajakah itu? Ini dia!
Ya, Skyscanner menyediakan layanan pencarian tiket pesawat, hotel dan penyewaan mobil di seluruh dunia. Di sini, kita bisa mendapatkan daftar harga tiket pesawat selama sebulan. Sehingga, kita bisa lebih leluasa memilih harga termurah sesuai dengan kebutuhan.
Teknologi uniknya menghubungkan langsung pengunjung kepada berbagai penawaran industri travel di dunia. Saat ini, Skyscanner sudah memiliki 1200 mitra bisnis travel, lho. Semua info diberikan secara gratis dan pemesanan dilakukan langsung di situs penyedia layanan tanpa ada tambahan biaya! Harga yang tercantum di Skyscanner sudah jelas yang termurah dan sama dengan harga yang berlaku di tiap situs resmi agen travelnya. Skyscanner menyediakan informasi harga dalam berbagai pilihan mata uang dan dapat diakses dalam 30 bahasa.
Jadi, cukup dengan satu klik, sudah terpampang di hadapan kita berbagai informasi yang kita butuhkan untuk melangsungkan perjalanan dan mendapatkan lebih banyak lagi “Aha Moments” yang akan meningkatkan kualitas diri kita.
Hei, apakah kamu juga memiliki kisah perjalanan yang memberimu “Aha Moments”? Yuk ceritakan kisahmu itu dalam blog dan raih kesempatan memenangkan kompetisi berhadiah total 33 juta Rupiah! Info lengkapnya bisa disimak di sini, ya. Kutunggu ceritamu!
Jadi inget waktu kecil, masih suka pindah sana kemari, dan akhirnya stay dirmh yg skrg hiuihi
LikeLiked by 1 person
Hihihi.. Iya nih sama. Masa kecil diisi menjadi keluarga kontraktor :p
LikeLike
Inspiratif nih kisah panjangnya.
Terutama yg bagian terpendeknya, pindah rumah ^^
Semoga bisa segera mengekor jejak keluargnya mbak Farida.
Dan selamat menempati rumah baru, insyaAllah selalu menjadi rumah surga bagi keluarga.
Aamiin.
LikeLiked by 1 person
Aamiin.. Hihihi.. Maaf ya panjang. Sudah berusaha dimampatkan ini :p
LikeLike
Mba Farida, huhuu… Ikut cenat cenut deh bacanya. Inget pengalaman sendiri waktu pindahan. Semoga betah di Semarang yaa…. Pengen kopdaran ih 🙂
LikeLiked by 1 person
Aamiin.. Insyaallah betah di sini. Yuk kopdar… 🙂
LikeLike
Welcome semarang ya mbak, aku sudah merantau kesini dari 2009, udah mau 9 taun, seminggu setelah nikah tepatnya, iya semarang memang unik dan ada sesuatunya 😉
LikeLiked by 1 person
Wah udah lama ya di Semarang. Sepanjang usia pernikahan. Iya, unik nih Semarang 🙂
LikeLike
Salam kenal mbak farida
Saya salut deh
.pindahan bawa 5 anak plus lg hamil. Sesuatuu.hehe
Semoga betah2 y Mbak di kota lumpia 🙂
LikeLiked by 1 person
Salam kenal jg. Aamiin… Alah bisa karena biasa 😦
LikeLike
Selamat datang di semarang mbak.moga2 next time kita bisa kopdar ya. Jd inget masa kecilku mbak bapak tugasnya pindah tra jd kamipun biasa lah hidup nomaden kek gtu hehhe…
LikeLiked by 1 person
Aamiin.. Terimakasih sambutannya 🙂
LikeLike
halo mbak..
saya keluarga baru yg masih stay 2th dirumah suami, semoga saya betah disini yaaa
karena baru baca aja sudah kebayang capeknya 😂
LikeLiked by 1 person
Hahaha… Iya semoga betah ya 🙂
LikeLike
Wah bunda keren. Lagi hamil trus punya 5 anak trus pindah rumah lagi. Wahhhh pasti itu sangat melelahkan ya. Smga saya bisa jdi ibu yang super juga ya kayak bunda. Saya juga baru pindah ke jakarta dari Bandung. Karena punya suami yang kerjanya harus siap dipindahkan dimanapun. Membuat saya belajar mempersiapkan diri. Trmasuk belajar juga dari cerita bunda. Terima kasih 😃
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah. Setiap ibu pasti hebat ya 🙂
LikeLike
Walaupun kadang bikin sport jantung saat haru s berkemas di tenggat waktu yang sudah ditentukan tapi sensasi itu yang ngangenin hehhee… Selamat datang di Kota Semarang Mbak semoga betah dan berjodoh dalam banyak hal di tempat ini 🙂
LikeLiked by 1 person
Hohoho.. Sensasional banget memang.
Aamiin.. Terimakasih sambutannya. Alhamdulillah senang kok di sini 🙂
LikeLike
Betul betul Aha moment bangett iniiih
LikeLiked by 1 person
Hehehe.. Aha banget deh pokoknya :p
LikeLike
Kenapa harus ada quote dari Raditya Dika di awal, aku kan jadi terklepek2 mbaa jadi ga konsen baca artikelnya huahaha..
LikeLiked by 1 person
Lho lho lho.. Kenapa kok klepek2? Jadi kayak salmon di daratan ya hihihi..
Padahal itu ada quote-nya mbak Dian Nafi juga lho :p
LikeLike
Pindah rumah itu berarti petualangan baru ya mbak, hihihi. Duh, hiruk pikuk kerepotan pindah rumahnya kerasa banget di ceritanya mbak.. ^^
LikeLiked by 1 person
Hihihi.. Ya begitulah.
Perjalanan menuju rmh baru itu salah satu bagian kecil petualangannya 🙂
LikeLike
Alhamdulillah, welcome to Semarang, mbak. Aku masih bolak-balik Ungaran Bogor ni ortu tinggal di Kota Hujan..
LikeLiked by 1 person
Wah, semoga sehat2 selalu ya 🙂
LikeLike
Mbak, emosinya disimpen di mana? Kok kayaknya aman2 aja tuh?
LikeLiked by 1 person
Emosinya siapa? Emosinya saya? Sudah terlalu capek jadi mau meluapkan emosi pun dah ga kuat :p
LikeLike
Mbaaaaa kisahnya mengharu biru sekali T_T kalau aku pasti udah ikutan drama deh hikz.. mbaknya sabar bgt ya 😀
LikeLiked by 1 person
Cuma bisa nyeriii dlm hati. Soalnya kepikiran aja perjalanan masih panjang jd harus tetap jaga moodnya anak2 :p
LikeLike
salah seorang teman bilang, kalau semarang itu tempat terbaik untuk rumah 🙂
telur pake kecap emang fav! Dulu pas kecil doyan banget, sekarang udah gede nambah jadi kecap plus cabe 😀
LikeLiked by 1 person
Hohoho mungkin temanmu benar 🙂
Lha iya masuknya gerai masakan Padang kok yang diorder balik menu rumahan 😁
LikeLike
iya, tapi buat sha tetep bandung terbaik haha
iya, aneh ya. Padahal di rumah juga masaknya ya itu 😀
LikeLiked by 1 person
Ga aneh kok. Buktinya anak2ku jg hihihi..
LikeLike
selamat menempati rumah baru, ya
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah, terimakasih 🙂
LikeLike
Kebayang capeknya saat pindahan. Saya pernah kos sebulan pindah 5 kali dg berbagi alasan mulai dari lokasi yg ternyata ngak bikin nyaman sampai atap yg bocor. Rasanya pengen pingsan kl membayangkan harus kembali memasukkan satu persatu barang ke kardus. Sampai barang berat kyk tv saya jual aja biar ngak menyusahkan saat pindahan. I feel you mbak, beruntung sekarang sudah punya tempat yg nyaman bersama keluarga ya. That’s what we called as the ‘ Aha’ moment 🙂
LikeLiked by 1 person
Hohoho.. Udah cum laude kali ya pengalamannya pindah.
Alhamdulillah sekarang dpt tempat yg nyaman 🙂
LikeLike
Aku belum pernah kemana2, jadi kisah perjalananku ga beragam kaya itu. Btw, salfok Ama tampilan blog dan tulisannya. Baguss (Y)
LikeLike
alhamdulillah, terimakasih 🙂
aku juga baru ke luar kota setelah punya 4 anak hehehe..
LikeLike
Wah, udah di Semarang aja nih mbak. Semoga betah ya. Pindah rumah itu rasanya sesuatu ya, apa2 ditangisi hihiihi jadi ingat aku pindah rumah dari rumah orangtua ke rumah sendiri padahal jaraknya cuma kurang dari 1 km. Nice story 😀
LikeLiked by 1 person
Hihihi.. Ya namanya pindah. Ada yang ditinggal, ada yang dikejar 🙂
LikeLike
ahhhh baca artikel ini jadi baper 🤣 saya baru pindah dr jogja ke pangkalan bun (kalimantan tengah) kadang masih suka baper sendiri kalo liat jogja ada di tv atau klo gak sengaja terbaca di internet atau majalah, rasanya belum ada kota yg bisa menggantikan jogja, sy sendiri bukan asli dr sana tapi istimewanya jogja sudah bikin jogja jd serasa kampung halaman sendiri, susah banget buat ninggalinnya 😭 *susah move on*
LikeLiked by 1 person
Cup cup cup.. Memang kadang ada tempat yang begitu kita rindukan padahal bukan kampung halaman ya 🙂
LikeLike
rumah barumu dekat dengan rumahku di semarang deh
semoga betah ya 🙂
LikeLiked by 1 person
Horee.. Lha sekarang tinggal di mana?
LikeLike
Drama banget za pindahannya, sampai saya deg degan bacanya. Sebagai orang yang suka naik kereta, doa kereta datang terlambat sudah jadi kebiasaan
LikeLiked by 1 person
Hiyaa.. Malah biasa doain kereta telat ya? :p
LikeLike
aku bacanya sambil dag dig dug…. apalagi tragedi tas ketinggalan dan ketinggalan kereta.. yang terakhir itu aku nyaris mengalaminya, semoga betah di rumah baru ya
LikeLiked by 1 person
Hahaha.. Iya itu menegangkan bgt. Alhamdulillah, Insyaallah betah di sini 🙂
LikeLike
Aih, keren sekali tulisannya, mba Farida.
Semoga menang!
btw, edit fotonya pake apa? bagus euy.
LikeLiked by 1 person
Aamiin.. Terimakasih.
Pake Canva aja ada fitur edit fotonya secara sederhana 🙂
LikeLike
ahaaa akhirnya semarang ada juga yang bisa dilirik. bagi saya yang sudah pernah tinggal disana sekitar 15tahun, kota semarang hanya sbg kota transit, susah berkembang. Makanya saya pindah lagi ke jakarta.. Hahaha..
Btw, apa bener itu bisa jadi prospek jangka panjang?
LikeLiked by 1 person
Semarang? Kalau sekarang Suami bisnisnya masih online dan di ibukota. Tapi menurutku Semarang masih banyak potensi untuk berkembang kok 🙂
LikeLike
Wah, saya baca cerita pindahannya ikutan tegang nih Mbak. Semoga hari-hari di kota Semarang selalu menyenangkan ya…
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah menyenangkan 🙂
LikeLike
Wow, puanjang banget ceritanya 😱😱😱 sangat inspiratif sekali!!! 😊😊😊
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah, terimakasih sudah mampir 🙂
LikeLike
Baru tahu ada aplikasi buat cari tiket ini. Coba ah…
Semoga berkah di Semarang nya ya 🙂
salam
Okti Li
LikeLike
Aamiin.. Iya, praktis bgt skyscanner ini 🙂
LikeLike
Duh riweh dan rusuh banget mbak, yaampun…tapi pastikejadian itu menjadi salah satu kejadian yang pernah terrlupakan ya mbak
btw salam kenal mbak 🙂
LikeLiked by 1 person
Hihihi.. Iya. Riweh dan tidak terlupakan
LikeLike
baru tahu aplikasi itu hihihi
LikeLiked by 1 person
Eee.. Hayo Hayo.. Kalau sudah tahu dimanfaatkan ya 🙂
LikeLike
Aku cenat-cenut mbayangin hamil, packing, sambil mengurus bocah. mbak Farida super sekali 😀
Kalau aku masih sering terbawa emosi kalau lagi kepepet mbak, apalagi ketinggalan barang itu sering kualami juga, rasanya mendadak pusing terus pengen bobo cantik aja. huhu
Semoga selalu diberkahi ya mbak dimanapun berada, nanti mau coba skyscanner ini soalnya pas banget momennya mau pindahan 🙂
LikeLiked by 1 person
Aamiin.. Soalnya udah ada yg panik jd ga mau ikutan panik.
Yuk pakai skyscanner.
Moga pindahannya lancar dan selamat sampai tujuan ya 🙂
LikeLike
Aku jd sdh berkali2 pindah rumah ikit tgs suami. Bener banget mba, saking rempongnya pindahan, mengeluh pun tak sempat.pamit orang2 sekitar pun banyak yang kelewat
LikeLiked by 1 person
Hahaha iya banget. Ga sempet ngeluh, ga sempet pamit :p
LikeLike
Semarang, kota yang selalu saya rindukan.. Semoga semakin betah dan berbahagia selalu di kota pilihan keluarga.
LikeLiked by 1 person
Aamiin.. Iya nih, langsung klik aku dengan suasananya 🙂
LikeLike
Nice story, mbak. Suka! 😘
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah, terimakasih sudah mampir 🙂
LikeLike
Saat pindah biasanya banyak sekali pertimbangan dan tentu saja butuh perjuangan untuk bisa merasa nyaman disana. Tapi saat keputusan dibuat maka segala macam konsekuensi sudah. Selamat menata hidup baru kakdipikirkan
LikeLiked by 1 person
betul sekali. terimakasih ya 🙂
LikeLike
Waah..perjalanannya benar2 WOW mbak… Tapi mengingatkan kita bahwa selalu ada hikmah di balik setiap kisah y mba..
LikeLiked by 1 person
Betul sekali. Yang penting hikmahnya 🙂
LikeLike
Gak kebanyang mbak gimana riuhnya pas kejadian itu.. Alhamdulillah sampai dengan selamat ya..
LikeLiked by 1 person
Hehehe.. Alhamdulillah 🙂
LikeLike
saya deg-degan pas baca mengejar keretanya, Mbak. Mana sempat ketinggal tas pula, ya 🙂
LikeLiked by 1 person
Hihihi.. Apa lagi yang mengalami ya. Lebih deg2an lagi :p
LikeLike
Wah Semarang, kota yang tenang aman damai. Segalanya serba murah dan mudah. Masyarakatnya juga masih njawani banget ^^. Soal bisnis memang ngga sebagus Jakarta, bahkan Salatiga mba.
LikeLiked by 1 person
Wah, mbak Shintaries hafal betul ya dengan karakteristik Semarang.
Gpp lah ga terlalu ramai bisnis di sini biar kotanya juga terasa lbh tenang hihihi..
LikeLike
Waah pindahan rumah saja bisa jadi cerita segitu panjang begini ya Kak, banyak pelajaran yang bisa diambil pula. Welcome to Semarang kak, denger – denger sih kuliner di sana murah – murah, bener nggak Kak?
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah. Betul banget kulinernya murah dan enaaakkk.. Yuk mampir Semarang 🙂
LikeLike
Menu Allah pasti lezat untuk orang2 yang indah, dengan berbagai macam bumbu & rempah2 pilihan, walaupun tanpa vetsin…. 😉
LikeLiked by 1 person
Aamiin.. Lezatnya alami berarti ya tanpa perasa buatan :p
LikeLike
Cerita yg luar biasa, ….
Membangkitkan dejavu dan moment aha serupa yg pernah ku alami.
Semoga di kota plat H, mbak Farida dan keluarga senantiasa diberikan kesuksesan
LikeLiked by 1 person
aamiin.. wah pernah mengalami jg ya 🙂
LikeLike
Jejak. Terima kasih atas partisipasinya. 🙂
LikeLiked by 1 person
Sama2 mbak Haya 🙂
LikeLike
Terima kasih ya sudah ikutan Blog Competition “Aha Moments” Skyscanner Indonesia. Good luck 🙂
LikeLike
yuhuu.. sama2 koh deddy 🙂
LikeLiked by 1 person
Dari TK aku sudah berpindah-pindah rumah mba, rasanya duh nano-nano 😀
LikeLiked by 1 person
Hehehe iya memang. Perlu nyiapin mental anak jg ya 🙂
LikeLike
Luar biasa challenge nya mau berangkat ke Semarang.. Aku baca nya sampe ikutan deg-degan pas ketinggalan kereta. Kebayang rempongnya waktu itu :’)
Salam kenal ya..
Regards,
Dee – heydeerahma.com
LikeLiked by 1 person
Hihihi.. Iya. Akhirnya ketinggalan kereta jg :😁
Salam kenal balik 🙂
LikeLiked by 1 person