My Lovelist on Prelo, Gift for My Loveliest

Belanja. Duh, sepertinya kata yang satu ini sudah sedemikian identik dengan perempuan, ya. Tak jarang para lelaki bingung mengapa kaum perempuan begitu suka berbelanja. Hey! Sebenarnya kebingungan itu sama saja dengan kebingungan para perempuan, mengapa laki-laki bisa tahan memakai pakaian yang itu-itu saja dalam berbagai acara. Hihihi…

Bagi yang bukan termasuk golongan perempuan (pria, maksudnya) dan masih bingung dengan kegemaran perempuan yang satu ini, sini… sini… aku beri tahu beberapa alasannya mengapa perempuan suka belanja, ya.

Peka Terhadap Detil

Ya, memang sudah bawaan dari sananya bahwa perempuan itu lebih memperhatikan detil daripada lelaki. Mereka bisa merasakan dengan lebih jelas perbedaan warna, tekstur dll. Karena itu, walaupun sama-sama merah, tetap saja merah anggur itu berbeda dari merah marun bagi perempuan. Punya baju katun putih tentu lain sensasinya dibanding memakai baju linen putih. Makanya, selalu ada kesempatan yang luas bagi perempuan untuk merasa belum memiliki sesuatu karena beda dari sisi detilnya.

Naluri Berburu dan Bertualang

Hehehe… Nggak nyangka kan, kalau perempuan juga suka berburu dan bertualang? Namanya juga sama-sama manusia ini. Bedanya, kalau berburu dan bertualang bagi lelaki itu obyeknya bisa berupa hewan liar, tempat asing atau hati perempuan (apa?!). Maka, bagi perempuan, wahana berburu dan bertualang yang paling dekat dengan kesehariannya itu ya di arena belanja. Mencari barang bagus dengan harga murah, membandingkan harga di toko ini dan toko itu, adalah contoh kegiatan seru di sepanjang acara berburunya.

Rekreasi

Ya, sekadar cuci mata itu sudah mampu menghilangkan penat di hati dan benak perempuan, lho. Memandangi benda-benda lucu dengan aneka pilihan warna. Apalagi kalau dibelikan. Hehehe…

Suka Diskon

Siapa sih, yang tidak suka diskon? Hmm… Ya, mungkin ada juga yang tidak terlalu peduli. Bisanya sih, kaum pria (yah, tertuduh lagi…). Adakalanya tinggi harga suatu barang justru menjadi suatu kebanggaan bagi mereka jika mampu menebusnya. Ya, tapi kalau bisa mendapatkan barang yang sama dengan harga yang lebih murah, mengapa tidak? Begitu justru pikiran para perempuan.

Makanya istilah “diskon,” “sale,” dan “gratis” sungguh berhasil membuat mata perempuan berbinar laksana menemukan harta karun. Kadangkala, alasan sebenarnya bukan tentang berhemat. Tapi, dengan mendapatkan suatu barang dalam harga yang lebih murah, itu artinya ada dana tersisa untuk berbelanja yang lain. Jadi, akhir ceritanya tetap menghabiskan anggaran yang tersedia dengan hasil buruan sebanyak-banyaknya, sih. Hahaha…

Kebiasaan

Karena sudah terbiasa, kadang perempuan merasa ada yang salah jika keranjang belanjanya belum penuh. Padahal, semua barang yang tercantum dalam daftar belanja sudah masuk. Itulah mengapa mereka terdorong untuk menambahkan benda lain sebagai penghuni keranjang belanjaannya. Sekalian jalan, alasannya.

Mirip-mirip sih, dengan kebiasaanku kalau sedang berbelanja online. Sering menambahkan barang lain yang tidak masuk dalam rencana sekadar untuk memaksimalkan ongkos kirimnya agar berat/volume paket mendekati 1 kg. Plak! Makanya kalau ada promo bebas biaya pengiriman itu sangat membantu lho, mengontrol jumlah belanjaan agar hanya yang dibutuhkan saja yang dibeli.

Perhatian pada Orang Tercinta

Wah, ini! Salah satu kecenderungan perempuan yang suka mengungkapkan perasaaannya pada orang-orang tercinta. Orangtua, saudara, teman, suami, anak dll. Memberi kado adalah bentuk ekspresi hati yang sering dipilih. Perempuan bahkan rela menyisihkan kepentingannya demi bisa mempersembahkan sebuah hadiah kecil untuk Yang Tersayang. Kalau urusannya buat orang-orang terdekatnya, semangat berbelanja perempuan bisa meningkat 300x lipat dari biasanya. Seram? Nggak, dong. It’s sweet… Hehehe…

Baiklah, baiklah… Anggap saja memang berbagai alasan di atas sebenarnya merupakan sebuah pembelaan dariku atas hasrat berbelanja yang menggebu. Tapi, eit! Jangan salah! Aku juga sudah menyiapkan banyak pagar untuk mengontrolnya, kok.

Saat aku tertarik dengan suatu barang dan ingin membelinya, aku akan mengajukan beberapa pertanyaan ini untuk memastikan apakah barang itu benar-benar layak beli atau tidak:

Dengan mengajukan pertanyaan begini, aku bisa mencoret banyak barang dalam daftar keinginanku (memang sebelumnya sepanjang apa?). Misalnya, untuk barang yang sebenarnya menurutku sekadar cantik, lucu atau unik namun tidak benar-benar aku butuhkan, aku bisa menghapusnya dari daftar.

Berikutnya soal harga. Iya sih, untuk beberapa barang berlaku hukum “ada harga ada rupa.” Tapi tetap saja harus dipertimbangkan, apakah harga yang tercantum itu masih masuk akal untuk menebus rupa yang ditawarkan? Di sini perlunya pengetahuan dan kegigihan riset pasar. Hohoho…

Yang ketiga, coba berpikir lebih kreatif. Siapa tahu sebenarnya barang yang ingin kita beli itu bisa digantikan fungsinya oleh benda yang sudah kita miliki di rumah. Cetakan martabak manis? Kan bisa pakai wajan ceper? Tempat bumbu yang lucu? Bagaimana kalau kita percantik saja itu botol-botol bekas selai?

Nah ini, soal waktu. Kadang kita merasa butuh sekali membeli sesuatu untuk berjaga-jaga. Seperti ibu hamil yang sedang mengetik ini. Jelas berpendar-pendar kilau matanya melihat aneka perlengkapan bayi yang sangat imut. Dan bisa saja kalap memborongnya karena sudah bisa diramalkan bahwa perlengkapan ini tentu akan terpakai karena bayi akan lahir nantinya. Hello… Kehamilannya masih 4 bulan, Bu! Belum ketahuan juga jenis kelaminnya. Ntar aja, napa?

Selanjutnya soal jumlah. Kadang dalam daftar belanja, ada banyak barang sejenis yang tertulis. Mainan beberapa macam, pakaian aneka model, perabotan ini dan itu. Biasanya, aku berusaha untuk memampatkannya menjadi satu barang saja untuk setiap kategori.

Nah, jika daftar belanja sudah ramping, lalu apa? Langsung beli? Tidak juga. Endapkan dulu selama 3 hari untuk memastikan bahwa daftar tersebut tidak disusun dan diaudit secara emosional. Jika memang tidak menemukan alasan tambahan untuk mencoret nama barang di dalamnya, beli deh.

Dan aku bersyukur berhasil menerapkannya pada daftar belanjaku di Prelo. Setelah perjuangan berhari-hari menyasar Prelo ke sana dan ke mari, mencoret sekian banyak produk dalam lovelist, maka inilah salah satu barang yang lulus sensor dan aku ajukan proposalnya ke Suami agar bersedia mengucurkan dana. Hehehe…

Yah, bagaimana pun, akhirnya cinta mengalahkan segalanya. Barang yang bertahan dalam lovelist bukanlah yang kubeli untukku, melainkan mainan bekas untuk anakku.

Ya, ampun! Harga 40 ribu saja perlu proposal? Sstt… Ini kan, salah satunya. Yang lain, rahasia ya 😉 Kebetulan kita sepakat bahwa tidak ada istilah terlalu banyak untuk mainan, apalagi yang bersifat edukatif seperti mainan second ini. Kalau mengajukan yang mudah dikabulkan begini, biasanya selanjutnya lebih lancar iya-nya. Hehehe…

Eh, sebentar… Ada yang belum kenal Prelo? Waa… Siapa pun kamu, perlu sekali mengenal situs belanja yang satu ini. Prelo (mungkin diambil dari kata preloved) adalah aplikasi jual-beli barang bekas berkualitas yang dilengkapi dengan fitur-fitur inovatif.

Lihat saja logonya, tuh. Huruf P-nya berbentuk anak panah yang melingkar secara berkelanjutan. Selain merepresentasikan inti bisnisnya sebagai suatu e-niaga yang melayani jual-beli barang second, simbol ini juga melambangkan proses yang tiada henti dari memberi manfaat dan juga menerima keuntungan antara pihak internal Prelo (perusahaan dan karyawan) dengan pihak eksternal (masyarakat, lingkungan, dan ekonomi).

Prelo selalu berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai kualitas berikut ini dalam layanannya:

Autensitas

Prelo menghargai dan melindungi hak kekayaan intelektual. Jadi, semua yang dijual di Prelo adalah produk-produk asli alias tidak boleh KW

Aman

Prelo memberikan garansi keamanan berbelanja dan jaminan uang kembali  100% untuk kurun waktu 3x 24 jam jika barang yang diterima tidak sesuai.

Layanan Cepat

Sudah unduh aplikasinya belum? Cepat sekali lho, lajunya. Proses pengembangannya cepat, layanan pengguna yang tangkas, dan performa aplikasi yang baik benar-benar membuat nyaman berlama-lama berselancar di sini.

Sosial

Aplikasi ini memiliki tampilan yang interaktif. Sejak awal membuka saja kita sudah disuguhi menu Editor’s Pick yang berguna sebagai referensi bagi pembeli. Sedangkan di bagian bawah tengah ada tombol Jual untuk para penjual langsung mengunggah foto barang dagangannya.

Prelo juga memudahkan bagi kita untuk mencari suatu barang. Tersedia filter per kategori atau per merek. Juga terdapat daftar Top Search sekaligus Riwayat Pencarian yang pernah kita lakukan. Lengkap!

Tentu saja, Prelo memfasilitasi interaksi antarpengguna dengan baik. Disediakan sarana chatting untuk bertanya bahkan menawar harga! Juga, tersaji menu Review yang sangat membantu pembeli dan penjual dalam memutuskan untuk berinteraksi selanjutnya.

Ekonomi Hijau

Model bisnis Prelo menjunjung tinggi ekonomi hijau, yaitu sebuah rezim ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan.

Jadi, dengan bertransaksi di Prelo, bukan hanya pembeli dan penjualnya yang senang, namun bumi pun ikut tersenyum. Karena dengan berjual-beli barang bekas, kita telah turut serta melakukan kampanye 3R (Reduce, Reuse, Recycle) demi mengurangi kerusakan bumi.

Tunggu apa lagi? Ayo berbelanja di Prelo! Dapatkan barang-barang berkualitas dengan harga murah dengan rasa aman dan nyaman hingga barang sampai di tangan. Caranya mudah, kok. Unduh saja aplikasinya. Tutorialnya langsung terpampang di sana.

Untuk lebih jelasnya, Prelo sudah menyediakan video panduan bagi pembeli. Anti ribet, deh!

Selain berbelanja, kamu juga bisa menjual barang bekasmu di sini. Jadi, kamu tidak perlu terlalu merasa bersalah dengan hobi berbelanjamu. Tidak perlu lagi ada tumpukan barang-barang bagus yang bingung mau diapakan.

Siap memilah barangmu? Yuk ikuti video Panduan Penjual ini. Ada ribuan calon pembeli yang siap menantimu setiap harinya. Tambahan dana pun mengalir untuk berbelanja barang lagi yang lebih tepat guna. Yippie!

Bagaimana? Nggak nyesel kan, kenal Prelo? Jadi, mana yang lebih dulu kamu lakukan? Menyusun lovelist atau mengumpulkan preloved? Both of them are lovely things to do ^_^

20 thoughts on “My Lovelist on Prelo, Gift for My Loveliest

  1. Wah bunda, baru tahu Ada mainan seperti itu… Jadi pingin juga buat anak ku heheheee..
    Di prelo merskipun brg bekas tp kualitasnya ga murahan ya… Aku jg suka pke app ini

    Like

  2. Setelah baca ini, aku langsung download aplikasinya mba! Entah kenapa akhir-akhir ini aku mikirnya barang second pun kenapa nggak asal masih bagus. Apalagi sekarang semakin banyak barang-barang KW dijual seolah-olah itu asli dan barang baru. Duh, daripada ketipu dan malah malu-maluin kan.

    Like

Leave a comment