Derawan, Kecantikan Sang Pulau Perawan

 

Hayo, siapa yang nungguin  cerita liburan ke Derawan hadiah menang lomba review? Memangnya ada gitu yang nungguin? Hehehe… Baiklah, sebagai obat rasa penasaran (yang tidak penasaran juga tetap boleh baca, kok), nih aku ceritakan hasil liburan gratis kemarin.

Jadi, buat yang belum tahu, ceritanya aku mendapat hadiah berupa paket tur gratis ke Derawan dan sekitarnya selama 4 hari 3 malam untuk 2 orang. Berhubung aku memiliki satu suami dan 5 anak, bingung dong, bagaimana caranya menikmati tur ini? Kalau 2 orang yang berangkat itu adalah aku dan Suami, lalu anak-anak bagaimana? Sedangkan untuk mengajak semuanya, anggaran kami tidak cukup untuk itu.

Setelah ditimbang-timbang, akhirnya kami memutuskan yang berangkat adalah Suami dengan salah satu anak kami. Anak yang mana? Masih ada satu masalah lagi rupanya yang harus kami pecahkan. Namun akhirnya kami memutuskan untuk memilih putra terbesar kami yang akan ikut berlibur. Pertimbangannya, karena dia yang dinilai paling membutuhkan waktu berkualitas dengan ayahnya. Sebagai bagian dari pendidikan karakter menjadi seorang lelaki, siapa lagi yang paling berhak menanamkannya selain ayahnya sendiri?

Hari Pertama

Transit di Balikpapan, menuju Berau

Hari H pun tiba. Suami dan putraku pun meluncur terbang dengan tiket pesawat gratis PP yang ditambahkan sendiri oleh pihak penyelenggara lomba di luar paket tur yang disediakan oleh travel.

Walaupun putraku masih di bawah 10 tahun, tetap dibelikan tiket untuk dewasa, lho. Beruntungnya… Mungkin agar tetap mendapat fasilitas utuh untuk bagasi, ya. Padahal kita sedang tongpes saat itu sehingga tidak ada rencana membeli oleh-oleh. Hmm… Kenapa ngga ikutan neetip aja, ya waktu itu? Kan lumayan bisa bantu teman-teman yang ingin mendapatkan oleh-oleh khas Derawan, sebenarnya.

Speed boat, moda transportasi yang akrab dipakai selama berlibur di sini

Hari pertama diisi dengan perjalanan panjang menuju lokasi. Setelah transit di Balikpapan, kembali terbang menuju Berau. Dilanjutkan dengan perjalanan darat selama 2,5 jam ke Tanjung Batu. Kemudian disambung dengan perjalanan di atas laut menggunakan speed boat menuju Derawan.

Rumah makan

Sesampainya di pantai Derawan, istirahat deh di penginapan dengan desain tradisional. Rumah makannya pun masih berupa rumah panggung di atas laut. Suami dan putraku bisa makan gratis di sana karena sudah termasuk paket tur. Asyik!

Hari Kedua

Bayi-bayi penyu

Jadwal tur hari ini cukup padat. Setelah sarapan, Suami dan putraku menuju Pulau Sangalaki untuk melihat penangkaran anak penyu. Di sana juga diberikan informasi seputar hewan-hewan yang dilindungi di pulau-pulau ini, yaitu penyu dan ubur-ubur. Induk penyu biasa bersembunyi dan hanya keluar di malam hari.

Berenang bersama bur-ubur yang kenyal dan tidak menyengat

Ubur-ubur ditemui di pulau selanjutnya, yaitu Kakaban. Di sana, hidup para ubur-ubur langka yang tidak menyengat. Ubur-ubur semacam ini kabarnya hanya ada di 3 tempat di dunia. Ubur-ubur ini bermutasi karena terperangkap di dalam Danau Kakaban. Selain tidak menyengat, keunikan lain dari ubur-ubur ini adalah bisa berenang terbalik dengan kaki di atas. Hihihi… Lucunya. Bagaimana rasanya bersentuhan dengan ubur-ubur? Putraku super geli dibuatnya! Katanya kenyal seperti agar-agar. Hahaha…

Menyelam bersama ikan-ikan cantik

Selanjutnya, mereka pun melompat dan menyelam dari satu pulau ke pulau lain di sekitar situ. Aku tidak tahu foto di atas diambil di pulau mana. Suami pun tidak terlalu memperhatikan nama-nama pulau itu. Jika dilihat dari itinerary, setelah dari Kakaban, mereka menyelam ke Hidden Lagoon dan Maratua. Jadwal berikutnya adalah melompat dari ketinggian 4 meter ke dalam kolam sedalam 15 meter di Goa Haji Mangku. Tapi sepertinya jadwal yang terakhir ini dibatalkan karena aku tidak mendengar satu pun cerita tentang lokasi ini dari mereka berdua. Bisa jadi karena pasang-surutnya air sedang tidak memungkinkan untuk dikunjungi.

Oya, Suami bercerita bahwa di sepanjang jalan hari itu, banyak sekali melewati hutan-hutan gundul bekas terbakar. Sedihnya. Beliau juga heran mengapa penduduk di daerah itu berkulit putih padahal hidup di daerah pantai. Wah, ini aku tidak tahu jawabannya. Ada yang bisa membantu? Aku cuma tahu ada kebiasaan penduduk Kalimantan mengenakan pedak dingin setiap keluar rumah yang berfungsi menjaga kulit mereka tetap segar dan bersih.

Bicara tentang nama pulau-pulau di sini, setahuku berkaitan dengan sebuah legenda tentang cinta yang tidak direstui. Entah bagaimana jalan ceritanya. Yang kuingat, nama pulau Derawan diambil dari kata yang sama dan bermakna perawan/gadis. Sangalaki artinya Sang Lelaki. Maratua artinya mertua. Sedang nama-nama yang lain aku benar-benar lupa arti dan kaitannya dengan tokoh-tokoh utama tersebut.

Hari Ketiga

Sepertinya ini Gusung Sanggalau yang sedang pasang

Hari ini agendanya adalah mengunjungi Gusung Sanggalau. Gusung adalah sebuah daratan pasir yang muncul jika air laut sedang surut. Gusung Sanggalau merupakan sebuah pantai panjang dengan pasir yang sangat putih. Berikutnya dilanjutkan dengan menyelam tipis-tipis di Pulau Derawan.

Pantas saja air laut pasang. Bulan purnama, Say!

Hari Keempat

Hari ini aktivitas bebas dan persiapan pulang. Perjalanan panjang pun kembali dilalui oleh kedua jagoanku. Syukurlah sesampainya di rumah mereka datang dalam keadaan segar walaupun sudah larut malam karena cukup istirahat selama perjalanan.

Pengalaman berlibur berdua ini tentu memberikan kesan yang begitu mendalam bagi mereka. Dari sisi pengetahuan maupun psikologi mereka kini telah lebih kaya dari sebelumnya.

Ada banyak keberuntungan yang didapat keduanya selama di sana. Selain paket tur yang lengkap mencakup semua biaya makan, penginapan, mondar-mandir, tiket masuk, persewaan alat dan pemandu, masih ditambah dengan tiket pesawat PP gratis.

Juga ada beberapa fenomena langka yang ternyata mereka berkesempatan menyaksikannya. Seperti munculnya ikan-ikan kecil yang berlompatan dengan sangat cepat ke atas permukaan air laut sehingga sekilas tampak seperti berlari di atas air. Selain itu, mereka juga melihat banyaknya lumba-lumba yang salto bergantian di udara. Seru sekali! Bukan pemandangan sehari-hari yang bisa dinikmati di Derawan. Sayangnya, tidak memungkinkan untuk memotretnya karena lokasinya merupakan laut yang cukup dalam. Jadi hanya sebagai pertunjukan dari kejauhan saja.

Bahkan, di tengah liburan ini, Suami mendapatkan ide bisnis nan brilian yang langsung digarap dengan serius dan bersemangat sepulangnya dari sana. Kini Beliau sangat membenarkan meme-meme yang tersebar di media sosial tentang “kurang piknik.” Kadangkala, kita memang perlu keluar dari rutinitas untuk bisa menangkap inspirasi baru.

Jadi, kapan kita berlibur lagi? Kalau bisa gratis lagi sekeluarga, mau banget!

10 thoughts on “Derawan, Kecantikan Sang Pulau Perawan

  1. Wah sebelumnya selamat ya buat hadiah gratis jalan-jalannya, meskipun nggak ikutan langsung. Membaca tulisan diatas, jadi nambah wawasan, terutama nama-nama pulau yang punya sejarahnya masing-masing.

    Oh iya ya, orang Kalimantan itu putih-putih loh, meskipun tinggal di daerah pesisir pantai, teman saya juga ada yang dari Kalimantan.

    Piknik itu hukumnya perlu alias udah masuk katagori wajib, hehehe…

    Nice sharing mba…

    Liked by 1 person

Leave a comment