Pengalamanku Bersama UNAIR

Sumber: unair.ac.id
Sumber: unair.ac.id

Sebagai warga Jawa Timur, tentu saja aku mengenali Universitas Airlangga, atau biasa disingkat UNAIR, sebagai kampus paling bergengsi di propinsi kami. Apalagi menginjak kelas 3 SMU, nama Universitas Airlangga semakin bergaung dalam hari-hari kami sebagai salah satu pilihan favorit untuk melanjutkan studi selepas SMU.

UNAIR Surabaya terdiri dari 3 kampus, yaitu: Kampus A, Kampus B dan Kampus C. Kampus A berlokasi di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 47 berdekatan dengan Kampus B yang beralamat di Jl, Airlangga 4-6. Sedangkan Kampus C letaknya agak terpisah di Jl. Mulyorejo. Seumur-umur aku belum pernah mengunjungi Kampus A UNAIR. Kampus ini terdiri dari Fakultas Kedokteran Umum, Kedokteran Gigi dan Hukum.

Memulai menjabarkan pengalaman bersama UNAIR membuatku menyusuri aplikasi Google Street View dan mengeja satu per satu sudut kampusnya. Perlahan, memori-memori itu muncul seiring dengan gerakan jariku mengamati sekeliling Kampus B dan Kampus C.

Sumber: Google Street View
Sumber: Google Street View

Pertama kali aku mengetahui lokasi UNAIR adalah saat SMU. Mungkin sebelumnya aku sudah beberapa kali melewatinya ya, namun tidak menyadari bahwa itulah kampus UNAIR.

Sebenarnya, aku tidak benar-benar di kampus UNAIR saat itu, melainkan di seberangnya, yaitu di Warung Pojok alias Wapo yang beralamat di Jalan Airlangga No.43, Surabaya.

Wapo ini legendaris sekali ya bagi mahasiswa UNAIR. Menjadi salah satu tujuan favorit mereka untuk mengganjal perut. Bagaimana tidak? Karena letaknya yang dekat dengan Kampus B UNAIR dan terhitung masih dekat dengan Kampus A. Apalagi Wapo ini menyediakan aneka menu mulai yang khas Indonesia, China maupun Eropa. Dengan harga yang ramah di kantong dan porsi yang besar apalagi jika memesan di atas jam 10 malam. Wajar saja jika Wapo sering jadi tempat kumpul-kumpul mahasiswa untuk makan bersama.

Ternyata kebiasaan itu bahkan menular pada adik-adik angkatan yang masih SMU. Anak-anak SMU pun suka sekali berkumpul untuk makan-makan di sana, sambil memandangi Kampus UNAIR dan berharap bisa menjadi salah satu mahasiswanya.

Waktu itu, ceritanya aku sedang ditraktir oleh sahabat akrabku waktu masih SD di Surabaya dulu. Jadi dulu itu aku mengecap sekolah di Surabaya hingga bulan pertama kelas 3 SD. Setelah itu kami pindah ke Sidoarjo. Sejak itu aku masih sering surat-menyurat dan bertelepon dengan sahabatku di Surabaya dulu. Jadi aku mengetahui kabarnya hingga akhirnya dia masuk SMP dan SMU mana. Ternyata SMU-nya terletak satu komplek dengan SMU-ku. Maka, di awal tahun ajaran kelas 2, dia mengajakku makan bareng teman-teman SMu-nya di Wapo ini sepulang sekolah.

Saat itu, Wapo penampilannya masih mirip warung beneran lho. Bahkan bagian depannya masih berupa geber spanduk khas warung di pinggir jalan itu. Tapi Wapo saat itu sudah merupakan warung yang besar. Pengunjungnya padat sekali. Untung saja masih tersedia beberapa meja untuk kami yang langsung disatukan oleh pelayannya menjadi sebuah meja panjang.

Wah, tak heran jika para mahasiswa bahkan anak SMU suka makan di sini ya. Porsinya benar-benar besar. Saat itu bahkan nasi gorengnya bisa dimakan bertiga. Hehehe…

Sumber: unair.ac.id
Sumber: unair.ac.id

Selanjutnya, bagian dari UNAIR yang aku kunjungi adalah Kampus C, tepatnya di area panjat dindingnya. Saat itu aku bersama teman-teman yang mengikuti ekskul Pecinta Alam sedang berlatih di sana menambah pengalaman dengan mencoba dinding selain dinding panjat di sekolah kami. Oh, tidak. aku tidak ikut memanjat. Fisikku tidak sekuat itu. Aku hanya menonton kok. Hehehe…

umptn-tryout
Sumber: Google Street View

Dan menjelang kelulusan, kami mulai sering disibukkan dengan aneka tryout UMPTN. Baiklah, Anda sekarang tahu generasi tahun berapa saya ini. Salah satu tryout yang aku ikuti adalah tryout yang diadakan LBB-ku di gedung pascasarjana Kampus B ini.

Dan saat pendaftaran UMPTN tiba, seluruh siswa Surabaya pasti akan mengenal UNAIR, khususnya Kampus B. Karena di sinilah kami mendaftar dan menyerahkan berbagai prasyarat mengikuti UMPTN.

akun
Sumber: Google Street View

Beruntungnya, ternyata saat UMPTN pun tempat ujianku di Kampus B UNAIR, tepatnya di lantai 2 Gedung D3 Ekonomi yang terletak di Jl. Srikana 65. Jadinya tak perlu stres duluan karena jauh-jauh mencari lokasi ujian yang ditetapkan.

Aku senang sekali mendapat lokasi ini sebagai tempat ujian. Karena letaknya yang terpencil, sehingga tidak terlalu ramai melihat lalu lalang manusia saat sedang belajar menyegarkan ingatan untuk persiapan menjawab soal. Aku bisa belajar di area plaza-nya yang luas dan memiliki tempat duduk melingkar besar di tengahnya. Apalagi, aku menjalani ujian di dalam aula sehingga ruangannya lebih lega dibanding ruang kelas. Pokoknya enjoy banget saat UMPTN itu. Dan syukurlah aku berhasil lulus masuk ke institut teknik sebagai pilihan pertamaku.

Sumber: unair.ac.id
Sumber: unair.ac.id

Sejak menjadi mahasiswa, aku lebih sering mengunjungi Kampus C Universitas Airlangga karena lokasinya berdekatan dengan kampusku. Biasanya dalam rangka menghadiri berbagai acara diskusi dan seminar yang diadakan di dalam aula-aulanya.

Aku tidak pernah memasuki Kampus C ini melalui gerbang depan dan jembatan. Biasanya aku mengambil jalur samping. Wah, jadi ingin kapan-kapan meluangkan waktu duduk-duduk di tepi Danau Cintanya nan asri sambil melihat aksi lucu para ikan dan angsa. Hmm.. tampaknya mengasyikkan.

Sumber: http://ramadhanku-indah.blogspot.co.id/
Sumber: http://ramadhanku-indah.blogspot.co.id/

Sedangkan untuk Kampus B UNAIR, hanya masjidnya yang paling banyak aku kunjungi untuk keperluan yang sama, yaitu Masjid Nuruzzaman. Bagian khusus perempuan yang terletak di lantai 2 masjid ini berbentuk setengah lingkaran menghadap ke podium. Ini adalah salah satu bagian yang menyenangkan bagiku. Sstt… Ada kebiasaan konyol yang aku lakukan di masjid ini. Diam-diam, aku suka sekali berjalan memutar menyusuri lantai 2-nya. Setelah melangkah dari ujung ke ujung, baru akhirnya menetapkan tempat untuk duduk atau shalat. Hihihi… Norak sekali ya?

Dalam ingatanku, Masjid Nuruzzaman ya seperti foto di atas ini. Terasnya dinaungi oleh tenda agar tidak terlalu panas. Ternyata, setelah aku googling, masjid ini berubah wajah menjadi secantik foto di bawah. Masya Allah.

Sumber: unair.ac.id
Sumber: unair.ac.id

Setelah menikah, kembali aku akrab dengan Kampus B UNAIR ini. Karena Suami menggarap proyek akuntansi anggaran UNAIR bersama teman-teman sekantornya. Aku beberapa kali diajak ikut serta. Maklum, pengantin baru. Bukan karena manja atau sok mesra, tapi karena sepi sekali sendirian di kontrakan. Apalagi kondisi kehamilanku yang sering mengalami flek serta sebelumnya memiliki riwayat keguguran. Sehingga Suami diizinkan atasannya untuk membawa serta aku saat bekerja agar bisa selalu ditemani dan dilakukan tindakan cepat jika terjadi apa-apa. Selama menunggu Suami bekerja di sana, aku biasanya mengobrol dan bercanda dengan salah satu pegawai perempuannya yang telah lama belum dikaruniai keturunan. Kalau sudah begini, sungguh layak bersyukur karena masih bisa merasakan hamil.

akun1
Sumber: Google Street View

Itulah sekilas pengalamanku bersama UNAIR. Bagaimana denganmu? Apakah kamu pernah ke UNAIR juga? Atau justru kamu salah satu alumnusnya? Bagi yuk, ceritamu di sini!

Leave a comment